Langsung ke konten utama

Santri Seleb, Pantaskah?

 

Oleh: Muhammad Hilman Haeikal

Siapa sih yang tidak mau terkenal? Semua orang pasti mendambakan hal itu. Banyak dari mereka sampai mengaploud sesuatu yang tidak senonoh karena ingin menjadi viral. Orang yang menjadi sorotan publik ini dikenal dengan nama selebritis. Selebritis diadaptasi dari bahasa latin “celebritas”. Di bahasa inggris lebih dikenal dengan istilah “celebrated” atau “celebration”. Selebritis ini bisa juga dimaknai dengan seseorang yang sangat terkenal di masyarakat serta menjadi perhatian publik.

Menjadi selebritas tidak semuanya dari kalangan artis yang sering nongol di tv. Selebritis bisa juga dari kalangan santri yang kesehariannya mengaji. Lah, di zaman sekarang ini menjadi selebritas sangatlah mudah, dengan banyaknya media sosial, kita bisa menarik perhatian publik dengan postingan di akun media sosial kita. Melewati facebook, instagram, twitter dan masih banyak lagi.

Lantas bagaimana jika kata selebritas ini kita gandeng dengan kata santri? Pantaskah jika santri menjadi perhatian publik? Menjadi orang yang gaya busananya  selalu menjadi tolak ukur semua orang. Maka dari itu jangan terlewatkan, terus baca ya tulisan ini. Hehehe.

Santri menjadi seorang selebritis atau yang lebih kita kenal dengan ‘Santri Seleb’ adalah ide yang cemerlang agar santri bisa mewarnai kehidupan masyarakat awam dengan postingan kita yang mengandung nilai dakwah. Banyak dari kalangan pendakwah yang juga terjun ke media sosial agar dakwahnya bisa lebih menyeluruh. Bahkan para kaum remaja lebih banyak yang ngaji lewat mbah google daripada menghadiri pengajian di masjid. Sayang, jika santri yang notabenenya orang salih tidak memanfaatkan media sosial ini. Salah satu penyebab banyak para ustaz terjun ke media social adalah kemudahan yang diberikan internet. Dengan media sosial penyebaran bisa dikemas dengan cara yang apik dan menarik dan bisa lebih diterima di semua kalangan masyarakat.

Ada banyak keuntungan berdakwah dengan menggunakan media sosial. Pertama, tidak terpaut waktu dan tempat. Informasi mengenai islam bisa tersebar luas hingga ke penjuru dunia dan kegiatan dakwah bisa dilakukan dalam waktu 24 jam. Kedua, pendistribusian yang cepat, info yang kita posting bisa sampai terdengar di negara lain hanya dalam hitungan detik. Contoh aksi bela islam yang bisa menyatukan jutaan umat islam dalam satu kota, hanya dalam hitungan menit seluruh lapisan masyarakat tahu akan diadakannya aksi bela islam. Apakah aksi bela islam undangannya tersebar di tv? Nggak kan. Tapi aksi bela islam ini mampu menyedot perhatian umat pada waktu itu. Ketiga, dengan berdakwah di media sosial kita bisa menyajikan konten dakwah yang beraneka ragam, mulai dari meme, gambar, video dan masih banyak lagi.

Dari penjelasan di atas ada yang perlu digaris bawahi mengenai muslimah yang sering aktif di media sosial. Nabi sudah mewanti-wanti hal ini, Nabi bersabda: “Tidaklah ada sepeninggalku fitnah (cobaan) yang paling berbahaya bagi lelaki selain fitnah (cobaan) terhadap wanita.”

Dalam hadits lain Nabi menegaskan kembali “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah mempercayakan kalian untuk mengurusinya, Allah ingin melihat bagaimana perbuatan kalian. Maka berhati-hatilah kalian dari fitnah dunia dan takutlah kalian akan fitnah kaum wanita. Karena sesungguhnya fitnah pertama di kalangan Bani Isra’il adalah dalam masalah wanita."

Hal ini senada dengan penjelasan dalam kitab tafsir Imam al-Qurtubi, Syekh Ibnu Juwaiz Mandad juga ikut berkomenar mengenai hal tersebut, "Jika seorang wanita itu cantik dan khawatir wajahnya dan telapak tangannya menimbulkan fitnah, hendaknya ia menutup wajahnya. Jika ia wanita tua atau wajahnya jelek, boleh baginya menampakkan wajahnya."

So, bolehlah kita terjun ke media sosial untuk mewarnai media sosial dengan konten dakwah yang menarik agar disukai oleh semua kalangan. Hal itu boleh dilakukan dengan catatan para muslimah tidak menampakkan wajahnya, boleh dengan menggunakan cadar. Justru itu lebih menawan ketimbang berdandan menor yang justru memantik fitnah. Wassalam.


Komentar

miko_dad mengatakan…
bagus juga nihh bolg
Unknown mengatakan…
mantap jiwa nih

Postingan populer dari blog ini

Jangan Rindu

Oleh:@baqirmadani Pernahkah kamu merindu? Ya, barangkali, semua orang yang hidup di dunia ini, juga pernah merasakan rindu. Bagi kita seorang remaja, yang paling kita rindukan pastilah masa-masa kecil yang penuh keceriaan. Saat kita masih suka bemain di bawah rinai hujan, mengejar layangan, omelan ibu karena pulang kemalaman, dan suasana sederhana lainnya. Tentu, sangat salah jika rindu dibilang berat, sehingga Dilan melarang kita untuk merindu. “Jangan rindu, berat. Cukup aku saja.” Kata Dilan dalam novel “Dilan 1990” .  Memang dari dulu orang-orang sering mengaitkan rasa rindu dengan kesedihan, dengan senja, dengan hujan dan hal-hal yang berbau nestapa dan nelangsa. Anggapan yang demikian sangatlah tidak benar. Sobat, sadarkah kamu, bahwa tidak semua rindu selalu mengarah pada penderitaan. Bahkan begitu banyak rindu yang sangat baik untuk kita coba, bahkan mungkin harus kita jaga. Jika rasa itu kita berikan pada orang yang haram untuk dirindukan, pastilah akibatnya membuat kita mera

Restu Rida Orang Tua Ibu Bapak Segalanya

Dia Adalah Menantu Orang Tua Kita Oleh: M Hilman Haeikal “Barang siapa yang menikah, maka dia telah menyempurnakan separuh agamanya. Tinggal bertawakallah kepada Allah untuk menyempurnakan separuh yang lainnya.” (HR. At-Thabrani) Menikah adalah sebuah proses yang sakral. Tatkala undangan sudah tersebar. Tatkala tetamu berdatangan sambil melontarkan senyuman bahagia kepada sang mempelai. Makanan dan minuman tertata rapi di meja berhiaskan bermacam bunga menambah keindahan pemandangan. Lampu warna-warni dihias sedemikian rupa agar terlihat anggun. Pada saat itu pula ada sepasang muslim dan muslimah yang mulai gugup. Hatinya berdebar bukan main. Keringat dingin bercucuran disertai linangan air mata sebagai tanda kebahagiaan yang membuncah tak tertahankan. Hati mereka bergemuruh: bahagia, suka, senang, rindu, semua bercampur aduk menjadi satu. Sejurus kemudian, kata qabiltu nikahaha diucapkan oleh mempelai pria. Sejak saat itu status mereka berubah menjadi pasangan suami-istri, para bidad

Dengan Apa

Entahlah Muhammad Entah dengan apa lagi aku mampu menguraikan rindu terhadapmu Siapa sebenarnya Engkau wahai Muhammad . Dari surau-surau desa Yang kudengar hanyalah syair-syair cinta untukmu Tuhan serta Malaikat-Nyapun bersholawat atasmu . Wahai yang orang-orang sebut Baginda Entah dengan apa lagi aku mampu menguraikan rindu terhadapmu Bila seluruh urat syarafku telah penuh oleh cinta Dan nadiku mendenyutkan namamu . Entah dengan apa lagi aku mampu menguraikan rindu terhadapmu Wahai kekasih yang bunga-bunga bermekaran menyambut kelahiranmu Bila esok air mataku kering dan jasadku sirna Dengan Apa lagi aku mampu menyampaikan mahabbah serta kerinduan ini kepadamu ❤