Langsung ke konten utama

Dengan Apa



Entahlah Muhammad
Entah dengan apa lagi aku mampu menguraikan rindu terhadapmu
Siapa sebenarnya Engkau wahai Muhammad.

Dari surau-surau desa
Yang kudengar hanyalah syair-syair cinta untukmu
Tuhan serta Malaikat-Nyapun bersholawat atasmu.

Wahai yang orang-orang sebut Baginda
Entah dengan apa lagi aku mampu menguraikan rindu terhadapmu
Bila seluruh urat syarafku telah penuh oleh cinta
Dan nadiku mendenyutkan namamu.

Entah dengan apa lagi aku mampu menguraikan rindu terhadapmu
Wahai kekasih yang bunga-bunga bermekaran menyambut kelahiranmu
Bila esok air mataku kering dan jasadku sirna
Dengan Apa lagi aku mampu menyampaikan mahabbah serta kerinduan ini kepadamu


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Rindu

Oleh:@baqirmadani Pernahkah kamu merindu? Ya, barangkali, semua orang yang hidup di dunia ini, juga pernah merasakan rindu. Bagi kita seorang remaja, yang paling kita rindukan pastilah masa-masa kecil yang penuh keceriaan. Saat kita masih suka bemain di bawah rinai hujan, mengejar layangan, omelan ibu karena pulang kemalaman, dan suasana sederhana lainnya. Tentu, sangat salah jika rindu dibilang berat, sehingga Dilan melarang kita untuk merindu. “Jangan rindu, berat. Cukup aku saja.” Kata Dilan dalam novel “Dilan 1990” .  Memang dari dulu orang-orang sering mengaitkan rasa rindu dengan kesedihan, dengan senja, dengan hujan dan hal-hal yang berbau nestapa dan nelangsa. Anggapan yang demikian sangatlah tidak benar. Sobat, sadarkah kamu, bahwa tidak semua rindu selalu mengarah pada penderitaan. Bahkan begitu banyak rindu yang sangat baik untuk kita coba, bahkan mungkin harus kita jaga. Jika rasa itu kita berikan pada orang yang haram untuk dirindukan, pastilah akibatnya membuat kita mera

Restu Rida Orang Tua Ibu Bapak Segalanya

Dia Adalah Menantu Orang Tua Kita Oleh: M Hilman Haeikal “Barang siapa yang menikah, maka dia telah menyempurnakan separuh agamanya. Tinggal bertawakallah kepada Allah untuk menyempurnakan separuh yang lainnya.” (HR. At-Thabrani) Menikah adalah sebuah proses yang sakral. Tatkala undangan sudah tersebar. Tatkala tetamu berdatangan sambil melontarkan senyuman bahagia kepada sang mempelai. Makanan dan minuman tertata rapi di meja berhiaskan bermacam bunga menambah keindahan pemandangan. Lampu warna-warni dihias sedemikian rupa agar terlihat anggun. Pada saat itu pula ada sepasang muslim dan muslimah yang mulai gugup. Hatinya berdebar bukan main. Keringat dingin bercucuran disertai linangan air mata sebagai tanda kebahagiaan yang membuncah tak tertahankan. Hati mereka bergemuruh: bahagia, suka, senang, rindu, semua bercampur aduk menjadi satu. Sejurus kemudian, kata qabiltu nikahaha diucapkan oleh mempelai pria. Sejak saat itu status mereka berubah menjadi pasangan suami-istri, para bidad